1.
LEUMEUNG / LEMANG

Di bagian Banten Selatan, terdapat satu kuliner khas yang
terkenal bernama leumeung. Leumeung atau lemang bisa ditemukan di daerah
Malingping, Lebak Selatan. Makanan tradisional khas Banten yang satu ini
terbuat dari campuran beras ketan berbumbu santan kelapa kentan. Adonan beras
ketan dan santan kemudian dimasukkan ke dalam bilah-bilah bambu untuk dibakar
pada perapian hingga matang.
Saat lemang matang, lemang bisa langsung dimakan dalam
keadaan hangat. Untuk memakan lemang, biasanya warga Banten Selatan khususnya
menambahkan telor asin sebagai menu pendampingnya. Sedangkan di Sumatera Barat,
ada juga lemang dengan bentuk dan cita rasa serupa yang pada bagian ketannya
ditambahi kacang merah. Lemang termasuk makanan khas provinsi Banten yang bisa
dibeli sebagai oleh-oleh.
Bahan-bahan mentah yang digunakan untuk memasak lemang
termasuklah beras pulut, santan, garam, daun pisang, dan juga bahan yang paling
penting sekali, buluh. Bahan-bahan ini perlu dimasukkan secara berperingkat ini
kerana buluh berbentuk silinder dan mempunyai ruang yang kecil. Buluh juga
memainkan peranan penting dalam memudahkan proses memasak, jika anda
menggunakan cara tradisional untuk memasak lemang, pastikan anda memilih buluh
yang nipis dan bukan yang tebal kerana buluh yang nipis lebih cepat masak dan
mudah menyerap haba berbanding dengan buluh tebal yang kemungkinan mengambil
masa berjam-jam dan tidak mustahil boleh mencapai jangka masa memasak selama
sehari.
Sebelum memasukkan bahan-bahan asas ke dalam buluh, buluh
haruslah dibersihkan. Jadi, selepas buluh dibersihkan, daun pisang dipotong
mengikut bentuk silinder dan dimasukkan ke dalam buluh. Seterusnya, beras pulut
dimasukkan, diikuti dengan garam yang sudah digaulkan dengan santan. Santan
digunakan di dalam lemang bagi mewujudkan rasa lemak yang menyelerakan.
Lemang boleh dinikmati bersama-sama hidangan sampingan
lain seperti rendang, kuah kacang, ayam masak merah, lodeh, serunding dan
macam-macam lagi! Lemang sama seperti nasi, anda boleh menikmatinya dengan
pelbagai jenis lauk dan ia juga mengenyangkan kerana lemang diperbuat daripada
beras pulut yang mengandungi kandungan kabohidrat yang tinggi.
2.
RABEG

Sejarahnya panjang. Ketika Raja Banten Sultan Maulana
Hasanuddin naik haji, kota pelabuhan yang pertama didarati di tepi Laut Merah
adalah Rabiq (juga dieja sebagai Rabigh). Ini adalah sebuah kota kuna yang
sebelumnya bernama Al Johfa. Pada awal abad ke-17, kota ini hancur karena
ombak, dan dibangun kembali menjadi kota indah dengan nama baru Rabiq. Sultan
Banten sangat terkesan dengan keindahan kota itu. Beliau juga sempat bersantap
dengan lahap di kota itu setelah berminggu minggu mengarungi samudra.
Sepulang kembali ke Banten, kenangan tentang kota Rabiq
di Provinsi Makkah itu membuat Sultan menitahkan jurumasak istana untuk memasak
daging kambing. Karena tidak ada yang tahu bagaimana cara memasak kambing
seperti di Tanah Suci, jurumasak pun mereka-reka sendiri masakan kambing yang
khas. Ternyata, Sultan sangat menyukainya.
Sejak itu, masakan kambing empuk yang gurih dan beraoma
harum itupun menjadi sajian wajib di istana. Resep masakan khas itu pun
akhirnya "bocor" ke masyarakat, dan menjadi sajian populer yang wajib
hadir di setiap perhelatan. Tak pelak lagi, nama Rabiq pun melekat pada masakan
itu. Dalam perjalanan waktu, Rabiq pun berubah menjadi Rabeg seperti sekarang
umum dieja.
3. . SATE BANDENG

Sate bandeng merupakan makanan khas Banten dan banyak
ditemui di daerah Serang. Konon makanan olahan dari ikan bandeng ini
diperkenalkan oleh juru masak kerajaan Banten Girang pada abad ke 16 untuk
menjamu para tamu kerajaan. Karena ikan bandeng memiliki banyak duri sehingga
akan menyulitkan saat dikonsumsi, si juru masak tersebut memutar otak agar bisa
menyajikan ikan bandeng dengan cara yang berbeda dan dapat dikonsumsi tanpa
harus kesulitan saat dikonsumsi karena durinya, sehingga ditemukanlah sate bandeng
dan masih populer hingga sekarang. Sesuai namanya, sate ini menggunakan ikan
bandeng atau yang bernama latin Chanos chanos. Ikan ini memiliki duri yang
sangat banyak dan menempel pada bagian dalam dagingnya.
4.
BALOK MENES

Balok menes adalah kuliner berbentuk kue yang menjadi
salah satu ikon kuliner di kecamatan Menes, kabupaten Pandeglang, provinsi
Banten. Kue balok menes dibuat dengan mengolah bahan utamanya yang berupa
singkong atau ubi kayu. Di luar Banten, orang-orang biasa menyebut kue balok
menes dengan sebutan getuk. Memang sebenarnya balok menes ini adalah salah satu
jenis betuk, tapi balok menes masih mempertahankan warna aslinya singkonya yang
putih.
Kue balok menes yang dibuat dari bahan utama singkong
mempunyai cita rasa serta aroma yang sangat khas. Untuk penyajiannya, kue balok
menes tidak dimakan bersama parutan kelapa, melainkan dengan serundeng sehingga
rasanya menjadi lebih nikmat. Di daerah Menes, khususnya di pasar Menes, kue
ini banyak dijajakan oleh penjual jajanan basah tradisional khas Banten.
5.
PISANG EPE

Pisang epe adalah makanan khas makassar, sulawesi
selatan. pisang epe sebuah jajanan unik yang banyak di temui ketika berkunjung
ke kota makassar jadi apabila anda berkunjung ke kota anging mammiri jangan
lupa untuk mencicipi jajanan tersebut dan anda dapat menemukan pisang epe di
setiap sudut pantai losari.
Pisang epe menjadi makanan favorit bagi semua orang
termaksud warga lokal maupun turis internasional. kata 'epe' berasal dari
bahasa makassar yang berarti 'jepit', jadi pisang epe secara lengkap bisa di
artikan menjadi pisang bakar yang di jepit dan menjadi gepeng, dengan berbahan
dasar dari pisang raja yang belum terlalu masak dan tidak lembek. dengan nama
yang mudah ini semua orang akan mudah mengingat namnya.
Lokasi yang paling banyak menjual pisang epe ini ialah
berada di pantai losari yang di mana lokasi pantai losari sudah menjadi maskot
kota makassar. menu pisang epe ini suguhkan dengan berbagai rasa seperti :rasa
original 'yang dimana hanya campuran gula merah/gula aren yang telah di
cairkan', rasa coklat,rasa coklat-keju. dan pisang epe ini terkenal dengan
rasanya yang sangat manis karena saus dari pisang epe itu sendiri adalah gula
merah/aren yang telah di cairkan.
6.
MIE TITI

Sebenarnya “Titi” dalam nama Mie Titi bukanlah nama
sajian mie pada umumnya. Titi sebenarnya adalah nama sapaan akrab dari mendiang
Ang kho Tjao, ayah dari Freddy Koheng, pemilik usaha Mie Titi yang pertama kali
berdiri di Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo yang dulunya bernama Jalan Irian.
Selain itu, Titi dalam bahasa Tionghoa juga berarti adik laki-laki.
Pada awalnya Mie Titi dibuat oleh Ang Kho Tjao yang
merupakan seorang warga keturunan Cina yang tinggal di Makassar. Ang Kho Tjao
lalu mewariskan resep kuliner ini kepada ketiga anaknya dan menjadikan Mie Titi
mulai dikenal sejak tahun 1970-an.
Bagi warga Tionghoa Makassar di era 1950-an, khususnya di
kawasan Pecinan (Kecamatan Gowa), Ang kho Tjao, adalah pedagang mie khas dimana
saat itu warga sekitarnya menyebutnya mi dadar, yaitu mi yang digoreng dengan
sedikit minyak, lalu ditekan-tekan dalam wajan hingga gepeng menyerupai telur
dadar.
Ada perbedaan antara kedua sajian Mie tersebut. Mi bakar
atau goreng adalah masakan khas Tionghoa Kwantong (Cantonese) sedangkan Mie
Goreng yang agak sedikit basah merupakan masakan khas Tionghoa-Hokkian. Hingga
saat ini, sajian Mie Titi' lebih dikenal sebagai sajian mie kering, hal itu
karena mie-nya disajikan tidak dalam keadaan basah, seperti mie kuah, atau mie
bakso, melainkan dalam keadaan kering.
Seiring perjalanan waktu, Ang Kho Tjao kemudian
menurunkan pengetahuan tentang resep membuat Mi Titi (Mi Kering) ini kepada
ketiga anaknya yaitu Hengky, Awa’, dan Titi, dimana mereka masing-masing
melanjutkan bisnis kuliner tersebut. Dari ketiga anak Ang Kho Tjao, lahirlah
empat rumah makan dengan sajian Mie kering yang masih eksis hingga sekarang,
yaitu: Mie Titi, Mie Awa’, Mie Hengky, dan Mie Anto. Meski sedikit berbeda
namun semua rumah makan tersebut tidak menghilangkan rasa khas dari resep dasar
Mie Titi pemberian sang ayah.
Pada era tahun 90-an, Mie Titi semakin berkembang dan
menjadi usaha keluarga. Menurut Freddy, saat ini Mie Titi telah memiliki lebih
dari sembilan cabang. Tiga cabang Mie Titi yang berada di Jl.
Boulevard-Panakkukang, Jl. Datu Museng, dan Pusatnya di Jl. Irian, dikelola
oleh Freddy Koheng sendiri. Untuk cabang lainnya dikelola oleh adik-adik Freddy
yang sudah menikah dan ikut mengelola franchise rumah makan tersebut.
7.
BURAS/BURASA
Burasa adalah salah satu panganan khas masyarakat Bugis
dan makassar di Sulawesi Selatan. Panganan ini dikenal juga dengan nama lapat,
lontong bersantan atau buras.[1] Bentuknya hampir mirip dengan lontong cuma
agak pipih dan dimasak dengan cara tersendiri. Burasa merupakan makanan wajib
bagi masyarakat Sulawesi Selatan pada hari lebaran yang bisanya tersaji bersama
coto makassar ataupun opor ayam.
Panganan ini terbuat dari beras yang dimasak tertebih
dahulu dengan santan yang banyak hingga menjadi nasi lembek dan selanjutnya
dibungkus dengan daun pisang. Biasanya dibuat menjadi dua bagian dalam satu
ikatan (menggunakan tali rapia atau daun pisang) kemudian direbus hingga
matang. Panganan ini juga biasanya ditemui di luar provinsi Sulawesi Selatan
seperti Gorontalo atau Kalimantan dan beberapa daerah lain di Indonesia dan
Malaysia. Mungkin dikarenakan banyaknya suku Makassar dan Bugis yang merantau
dan menetap di daerah-daerah tersebut sehingga panganan ini ikut menjadi bagian
dari tradisi hari lebaran di daerah-daerah tersebut.
Selain untuk hidangan pada hari lebaran, burasa juga
banyak dipilih sebagai makanan untuk bekal dalam perjalanan karena mampu
bertahan hingga 2 x 24 jam. Burasa bisa dikonsumsi dengan sambal kacang, telur
rebus atau sambal haban tetapi bagi masyarakat Bugis atau makassar lebih sering
menjadikannya teman untuk makanan coto makassar, Sop Konro, pallubasa, nasu
lekku' (ayam masak lengkuas versi sulawesi selatan) atau makanan yang berkuah
lainnya.
8.
BURONCONG

Konon, kue buroncong merupakan salah satu kue yang sudah
dikenal dan dinikmati oleh nenek moyang bangsa Bugis Makassar di Sulawesi
Selatan sejak ratusan tahun yang lalu. Sudah menjadi sebuah legenda dikalangan
masyarakat Bugis Makassar, sehingga kue ini masih menjadi sebuah idola dan ciri
khas kerinduan dimanapun berada.
Biasanya kue buroncong dinikmati dikala masih hangat di
pagi hari sebagai menu sarapan. Selain itu kue ini juga bisa disajikan bersama
minum teh atau kopi pada waktu bersantai bersama keluarga. Jika anda berada di
kota Makassar tentu tidak asing dengan makanan ini.
Kue buroncong ini bentuknya mirip dengan pukis yang
berbentuk setengah lingkaran. Namun kue ini terbuat dari tepung terigu yang
dicampur dengan parutan kelapa muda, soda kue, gula dan juga santan.
9.
Serabi
Serabi berasal dari bahasa sunda yaitu ‘sura’ yang
berarti besar. Serabi sudah menjadi makanan tradisional yang banyak digemari
sejak tahun 1923. Asal usul serabi hingga kini masih diperdebatkan.
Ada yang menyebutkan serabi berasal dari India, namun ada
juga yang mengatakan serabi mendapatkan pengaruh panekuk yang berasal dari
Belanda.
Bentuk serabi mirip dengan pancake, hanya saja ukurannya
lebih kecil dan lebih tebal. Umumnya, adonan serabi dibuat dari tepung beras
atau tepung terigu, mentega, dan telur sebagai bahan utama. Adonan tersebut
kemudian dicetak di dalam cetakan yang terbuat dari tanah liat, dan dibakar
menggunakan tungku atau kayu bakar. Secara
tradisional, serabi biasanya disajikan bersama kuah atau saus yang dibuat dari
gula jawa dan santan kelapa yang disebut dengan kinca.
Seiring berjalannya waktu, kini sudah banyak modifikasi
serabi yang ditambahkan berbagai toppingan manis dan asin, seperti keju,
daging, jagung, dan lainnya. Dan disajikan dengan tambahan mayones atau saus
cokelat.
10.
Lumpia

Makanan khas kota Semarang ternyata memiliki kisah
menarik di baliknya. Lumpia hadir pertama kali pada abad ke 19 dan merupakan
salah satu contoh perpaduan budaya asli Tiong Hoa – Jawa yang serasi dalam cita
rasa. Semua bermula dari saat Tjoa Thay Joe yang lahir di Fujian, memutuskan
untuk tinggal dan menetap di Semarang dengan membuka bisnis makanan khas Tiong
hoa berupa makanan pelengkap berisi daging babi dan rebung. Tjoa Thay Joe
kemudian bertemu dengan Mbak Wasih, orang asli Jawa yang juga berjualan makanan
yang hampir sama hanya saja rasanya lebih manis dan berisi kentang juga udang.
Seiring waktu bejalan, mereka bukannya bermusuhan, malah
saling jatuh cinta dan kemudian menikah. Bisnis yang dijalankan pun akhirnya
dilebur menjadi satu dengan sentuhan sentuhan perubahan yang malah makin melengkapi
kesempurnaan rasa makanan lintas budaya Tiong Hoa – Jawa. Isi dari kulit lumpia
dirubah menjadi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung serta dibungkus
dengan kulit lumpia. Keunggulannya adalah udang dan telurnya yang tidak amis,
rebungnya juga manis, serta kulit lumia yang renyah jika digoreng.
Jajanan ini biasanya dpasarkan di Olympia Park, pasar
malam Belanda tempat biasa mereka berjualan berdua. Oleh karena itu makanan ini
dikenal dengan nama Lumpia. Usahanya makin besar, hingga dapat diteruskan oleh
anak anaknya, mereka adalah Siem Gwan Sing, Siem Hwa Noi yang membuka cabang di
Mataram dan Siem Swie Kiem yang meneruskan usaha warisan ayahnya di Gang Lombok
no. 11. Dan juga Siem Siok Lien, anak dari Siem Swie Hie yang lebih dikenal dengan
nama Lumpia Mba Lien di Pemuda dan Pandanaran.
11.
Rujak
Siapa sih yang tak mengenal rujak? Makanan yang satu ini
terkenal dengan citarasanya yang pedas dan manis. mungkin hampir semua orang
pernah mencicipi yang namanya rujak. Rujak biasanya terdiri dari aneka buah,
sayur, lengkap dengan bumbu kacangnya. Rujak ternyata memiliki banyak variasi.
Salah satunya adalah rujak manis. Rujak ini bisa dengan mudah dijumpai pada
para penjual gerobak keliling bahkan saat ini juga menjadi menu-menu sajian di
restoran ternama. Dengan kepopuleran rujak manis, apakah sebagian besar dari
kita yang memahami bagaimana sejarah serta asal rujak manis itu sendiri. Selain
rasanya yang nikmat dan segar, rupanya rujak manis juga memiliki manfaat bagi
kesehatan. Berikut adalah penjelasan singkat tentang sejarah serta manfaat dari
rujak manis.
Rujak manis berbeda dengan rujak serut meskipun mungkin
dari segi isiannya keduanya hampir sama yang mana menggunakan berbagai jenis
buah-buahan. Rujak manis disajikan tanpa diserut terlebih dahulu. Buah-buahan
yang digunakan hanya diiris dan disajikan bersama bumbu rujak yang pedas dan
manis. rujak manis biasanya menggunakan buah-buah dengan kandungan serat tinggi
yang memiliki daging keras seperti kedondong, pepaya, bengkoang, timun, nanas,
jambu air, mangga muda, dan beberapa buah lainnya. Buah-buahan yang digunakan
pun biasanya merupakan buah yang masih setengah masak.
Komentar
Posting Komentar